Laman

Rabu, 16 Juni 2010

Fariz Mehdawi: Kolonialisme di Palestina

KORAN JAKARTA, 18 Januari 2009
(zackyku.wordpress.com/.../fariz-mehdawi-kolonialisme-di-palestina/)
Fariz Nafi’ Atieh Mehdawi
mfi2009011603Duta Besar Palestina untuk Indonesia ini menuturkan, konflik Israel-Palestina bukanlah konflik agama melainkan konflik kemanusian, dan rakyat Palestina korbannya.
Lebih dari 100 1200 nyawa melayang dan lebih dari 1000 5000 orang terluka akibat agresi militer Israel di Gaza. Menjelang pemilu Israel, kekuatan politik konservatif berunjuk gigi dengan memborbardir kawasan yang dikuasai Hamas itu. Serangan Israel memancing reaksi dunia. Namun otoritas Palestina seperti membiarkan kekejian yang dialami orang Gaza. “Tidak ada konflik perpecahan, Hamas tidak sendirian, kami bangsa Palestina bersatu padu,” kata Fariz Nafi’ Atieh Mehdawi, duta besar Palestina untuk Indonesia.

Menurut Mehdawi konflik Palestina-Israel tidak bisa dilihat sebagai cuplikan sekilas. Tapi harus dilihat dalam kurun waktu yang panjang, ditarik sejak kondisi awal abad XX. Dia mengajak untuk melihat latar belakang yang kadang dilupakan banyak orang: kolonialisme Eropa dan manuver geopolitik Amerika. “Tidak ada konflik agama, yang ada adalah konflik kemanusiaan, seperti terjadi di negara-negara dunia ketiga ketika dijajah dulu, termasuk Indonesia,” kata Mehdawi.israel-palestine-map
Sejak Mei 2006, Mehdawi bertugas di Indonesia, setelah lama bertugas di Tanzania. Lelaki kelahiran Tulkarem, 19 Oktober 1951 ini pernah aktif sebagai anggota Palestine National Council (PNC) dan wakil presiden General Union of Palestine Students (GUPS). Dia mengatakan hanya mengabdi untuk Pemerintah Otoritas Palestina, bukan bendera partai seperti Organisa Pembebasan Palestina (PLO), Hamas, atau Fattah.
Selama dua jam lebih, Mehdawi berbicara dengan Adiyanto, Jacques Umam, Agus Triyono, dan Ezra Sihite di ruangan Kantor Kedutaan Palestina di Jalan Diponegoro, Jakarta. Di lantai dua kantor kedutaan itu pula dia bersama seorang istri dan dua anaknya tinggal. Di pengujung wawancara Mehdawi sempat menghisap dua batang rokok Marlboro. Berikut petikan wawancaranya.
Anda sering mengatakan untuk melihat masalah Palestina secara hati-hati. Kenapa?
Selama ini banyak orang menganggap masalah yang terjadi di Timur Tengah hanya mengenai agama, padahal tidak. Jika kita bisa memahami isu yang terjadi dari masalah yang terjadi di sana, kita akan bisa melihat konteks yang lebih luas tentang terjadinya penjajahan yang telah dilakukan di negara Palestina
Ada beberapa alasan penjajahan yang dilakukan kaum imperialis , antara lain untuk menguasai sumber daya alam. Ini pernah dialami Indonesia. Alasan lain untuk menguasai wilayah suatu negara. Inilah yang menjadi alasan penjajahan di Palestina oleh bangsa Eropa dengan menggunakan Israel. Israel merupakan proyek kolonialisme yang sebetulnya bukan berasal dari Palestina, tapi dari Eropa, Rusia, Belarusia, Romania. Mereka semua adalah imigran yang atas pertolongan Inggris bisa sampai ke Palestina. Dengan kata lain Israel merupakan sebuah kekuatan yang dibangun oleh bangsa penjajah.
Palestina merupakan sebuah negara strategis yang terletak di jantung dunia dan mempunyai peran penting sebagai penghubung antara kawasan Timur Tengah dan Afrika. Selain itu, di Palestina juga terdapat tempat yang dianggap suci oleh kaum muslim dan Kristen.
Karena itu pula Barat seperti setengah hati mengatasi masalah yang dialami Palestina?
Banyak faktor kenapa mereka seperti itu, terutama dalam kaitannya dengan pembantaian masyarakat Yahudi saat Perang Dunia II oleh bangsa Eropa. Mereka enggan karena mereka tidak ingin perbuatan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka dulu diungkit- ungkit lagi sehingga mau tidak mau mereka hanya bisa diam.
Padahal sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak setuju dengan Israel tapi ketika itu semua dibawa ke pemerintahan mereka akan mandek. Dan jika mereka berani mengkritik Israel itu semua akan menjadi masalah bagi mereka. Dengan kata lain, Palestina diambil oleh Israel di tengah ketidakberdayaan negara- negara di dunia tersebut.
PBB juga tak bisa banyak membantu?
Mereka pernah menyarankan agar negara Palestina dibagi menjadi dua; untuk Yahudi dan bangsa Arab. Dan itu semua ditentang oleh seluruh negara Arab dan negara lainnya termasuk Indonesia. Meskipun posisi kami lemah, kami tetap menolak untuk membagi negara kami. Dalam posisi menolak saran PBB tersebut mau tak mau kami harus berperang.
Anda percaya Israel tidak akan bisa berdiri tanpa bantuan Barat?
Itu benar. Di masa lalu mereka dibantu oleh negara Eropa untuk datang ke tanah kami. Selain itu, dari segi pengetahuan mereka juga dibantu oleh negara barat sehingga mereka bisa lebih unggul daripada kami dalam ilmu pengetahuan. Dan itulah yang menjadi modal mereka dan menjadikan mereka unggul daripada negara-negara Arab lainnya.
Tapi sebelum Palestina belum dapat membulatkan konsensus di tubuh sendiri?
Karena kami juga negara demokrasi seperti Indonesia yang terdiri dari banyak partai, wajar saja jika setiap saat terjadi masalah di antara kami. Dalam negara demokrasi perbedaan pendapat pasti selalu terjadi, karena adanya golongan mayoritas dan minoritas. Di Palestina banyak partai dengan ideologi berbeda padahal sebenarnya punya satu tujuan yaitu mencapai negara Palestina yang merdeka. Kami tidak bisa hidup tanpa demokrasi dan harus diingat pula demokrasi juga bergantung pada suara mayoritas dan minoritas. Dengan kondisi yang plural, bukan tunggal, itulah kami ingin mengatasi kondisi yang saat ini sedang terjadi di Gaza. Ada yang berprinsip melakukan perang terhadap Israel ada juga yang mau melakukan upaya diplomasi guna mengatasi masalah yang terjadi.
Maksudnya?
Ya harus diingat pula bahwa bangsa Palestina bukan hanya terdiri dari kaum muslim saja dan itulah yang harus dilihat oleh dunia internasional sehingga tidak menimbulkan salah tanggapan
Bila Hamas tetap bertekad menghapuskan Israel dari Palestina?
Jika mereka tetap berpendapat demikian, silakan saja. Tapi siapa yang mau mendukung? Dan mereka juga harus ingat dengan kondisi saat ini. Akses mereka sudah tertutup saja sudah menyulitkan, bagaimana mereka bisa menghancurkan Israel.
Tak ada yang mau menghancurkan Israel dan kemudian melindungi negara kami. Selama tiga minggu ini kami sedang dalam pertempuran. Saya tak tahu kalau ada negara yang menganggap Israel tidak ada. Apakah mereka ada dan bersedia membela kami? Benar, dunia juga membantu kami untuk membangun sebuah negara yang merdeka buka berarti membangun negara menggantikan Israel.
Hamas juga setuju akan hal ini. Hamas tentu menginginkan kemerdekaan Palestina. Hamas kini siap menerima resolusi kemerdekaan Palestina. Di Wina, mereka setuju menerima kemerdekaan Palestina jika mencakup jalur tepi barat dan Gaza.Ini yang sekarang Hamas juga inginkan. Mungkin sebelumnya tidak, tapi mereka sekarang akan menerima.
Kenapa otoritas Palestina seperti mendiamkan Gaza diserang Israel?
Kita harus ingat bahwa Gaza dan Tepi Barat terpisah cukup jauh dan di tengahnya terdapat Israel. Harus diingat pula Tepi Barat ketika digempur Israel tahun 2002 juga mengalami kerusakan yang parah. Jadi kami semua saat ini sedang dalam kondisi yang sama tak berdaya, makanya tidak bisa banyak membantu. Selain itu, Presiden Abbas juga sudah melakukan upaya untuk bisa menghentikan permasalahan ini melalui jalur diplomasi.
Saat itu tak ada akses untuk air, karena kami tak punya laut. Dan jika ingin meninggalkan Gaza menuju Tepi Barat, maka diperlukan surat izin. Karena itu tak ada arus manusia dan barang dari Gaza ke Tepi Barat dan sebaliknya tanpa surat izin. Israel juga mengontrol perbatasan. Artinya, satu setengah juta orang terpenjara dan mereka tak bisa bergerak bebas. Secara ekonomi juga tak mampu. Jadi apa yang harus kami lakukan? Kami berharap negosiasi akan membawa hasil. Kami mengundang negara lain termasuk negara Arab, Indonesia dan Malaysia yang tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam) dan juga Turki bergabung dengan kami di perundingan di Anneapolis.
Tahun lalu, Amerika mengatakan Israel dan Palestina akan menemukan sebuah resolusi dalam waktu satu tahun sebelum 2008 berakhir. Tapi tampaknya Israel tak menginginkan hal ini. Anda ingat, setelah Presiden Arafat meneken perjanjian Oslo, mengatakan harus ada pemilu di Palestina yang akan memilih presiden. Sehingga kami membuat Pemilu tahun 1995. Saat itu Arafat mendapakan suara 85 persen.
Bagaimana reaksi Hamas?
Hamas pada waktu itu mengatakan tak setuju dengan Oslo dan tak ingin mematuhinya. Mereka mengatakan Pemilu itu haram. Saya bahkan tak tahu ada kata haram di politik (tertawa). Tahun 2000, kami menunda Pemilu sementara tapi AS bilang Pemilu sebaiknya diadakan. Kami berpikir jika tak ada solusi untuk apa ada Pemilu. Dalam hal pemilu, orang Palestina tak pernah main-main, harus bebas dan adil. Di negara-negara Arab lain, pemilu hanya sekadar pertunjukan, tak pernah bebas dan adil.
Apa yang terjadi kemudian? Prosesnya sangat lambat. Juga ada masalah korupsi di Palestina. Masyarakat merasa tak senang dan tak puas karena tak ada kemajuan dan korupsi merajalela. Rakyat saat itu sedang berada pada bad mood. Pada saat yang sama Arafat sedang tidak bersemangat dengan keadaan Timur Tengah dan lambatnya proses perdamaian. Sehingga saat situasi seperti ini, Israel menyerang dan menyerang sementara kami bertahan. Saat itu jatuh korban di Ramallah. Kemudian Israel tampaknya tak mau berhenti membuat masalah. Sayangnya Presiden Arafat meninggal, dia diracun, semua orang tahu itu. Mungkin oleh Israel.
Kemudian kami harus mengadakan pemilu baru, memang orang-orang saat itu tampaknya tak siap. Hamas juga ikut, dan tiba-tiba menganggap pemilu itu halal. Mereka berubah pikiran. Saat Pemilu, Abbas mendapat 63 persen suara. Pemilu parlemen setahun setelahnya, Hamas mendapat suara mayoritas. Parlemen kami besar yang disebut PNC (Palestine National Council), yang merupakan organisasi induk PLO.
Amerika serta Israel tentu tak senang dengan penguasaan Hamas?
Ya, beberapa negara Arab juga tak senang. Namun presiden Abbas berkata bagaimanapun hasil pemilu harus dihargai. Kami harus bekerja bersama. Perdana menteri yang berasal dari Hamas sempat berkunjung ke Indonesia bertemu dengan SBY, DPR dan menlu Indonesia serta Hidayat Nurwahid.
Hamas tidak disukai Amerika, Israel dan beberapa negara Arab karena program-program Hamas berbeda, ingin mengeluarkan Israel dan tak ingin bernegosiasi dengan Israel. Eropa dan Amerika meminta Hamas menjalankan pemerintahan, tapi dengan tiga syarat. Jika Hamas ingin diakui maka yang pertama Israeal harus diakui. Yang kedua, memang Hamas adalah pemerintah tapi ada pemerintah lain yang sudah disetujui oleh presiden sebelumnya. Yang ketiga jika ingin dianggap sebagai pemerintah sah bukan gerakan bawah tanah maka Hamas harus punya niat untuk bernegosiasi. Tapi Hamas tak mau, mereka bilang itu haram dan kemudian Israel menganggap itu seruan perang. Kemudian Israel memutus aliran listrik ke Gaza dan menghentikan jalur pasokan barang kebutuhan masyarakat.
Bagaimana Presiden Abbas mengatasi ini?
Yang pasti dia harus merangkul pemerintah bukan Israel. Hamas kemudian memutuskan akan mempertahankan Gaza sehingga merasa mengontrol wilayah itu. Israel juga mulai mengirim mortir-mortirnya ke Gaza. Sehingga hidup di sana sangat sengsara. Mesir memediasi kesepakatan yang dinamakan Trust. Selama Trust maka tak ada serangan ke Gaza oleh Israel dan sebaliknya. Tapi Trust ini hanya berlangsung selama enam bulan. Tapi Trust ini pun tidak menjadi jalan keluar bagi kedua pihak.
Tanggal 19 Desember tahun ini, kesepakatan Trust berakhir. Mesir memang berencana akan menengahi Trust yang selanjunya. Kami setuju sebab selama kami punya kesatuan pemerintahan, maka kami bisa mengontrol perbatasan. Tapi Hamas memang tak begitu sabar menunggu Trust ini. Sementara Israel menunggu kesempatan. Roket-roket Palestina mereka bikin jadi alasan, padahal mereka sudah bersiap-siap sebelumnya. Padahal roket Palestina itu bisa dibilang bukan roket, itu buatan tangan dan jika terkena kepala maka akan menyebabkan kematian. Israel setelah kalah dalam konfrontasi dengan Hisbullah sebelumnya, merasa ingin membuktikan kekuatan militernya. Sehingga mereka pikir ini akan jadi kesempatan yang baik untuk pamer. Sementara Gaza sangat lemah. Saya rasa Hamas salah perhitungan dan Israel menunggu ini untuk berdalih.
Jadi Israel memang berbohong soal roket Hamas?
Mereka berbohong soal ini. Inilah sebabnya kenapa kita tak bisa membenarkan perbuatan Israel. Mereka kini memakai lebih dari 88 pesawat jenis F15 dan F16. Israel juga punya tujuh batalyon tempur dengan tank dan juga artileri. Mereka memakai armada angkatan laut juga dari sisi yang berbeda. Padahal di Gaza, kami sama sekali tak punya perangkat militer. Tidak ada sama sekali. Sehingga ini benar-benar tidak imbang. Ini adalah perang satu arah.
Israel sedang mengujicoba senjatanya yang dikirimkan Amerika yang belum pernah digunakan. Mereka ingin mengukir pengalaman. Ada juga yang disebut bom fosfor putih. Israel menjatuhkan bom dengan jangkauan luas, saat bom jatuh seperti terjadi gempa. Mereka berpikir kalau mereka bisa mengeluarkan penduduk Gaza ke Sinai, maka akan lebih banyak yang mengungsi. Inilah yang mereka mau. Tapi ini bukan perang dengan Hamas, warga sipil yang terbunuh. Jumlah yang terluka di Gaza lebih dari 5000 orang. yang tewas sekitar 6000 dari kira-kira satu setengah juta. Sangat mengenaskan. Sekolah dihancurkan, enam mesjid dihancurkan, 300-an anak dan 100-an perempuan tewas, 20.000 rumah hancur. Mereka juga tidak membiarkan telekomunikasi ada di Gaza, menutup jalur untuk media sehingga kejahatan ini tidak bisa disebarkan ke seluruh dunia.
Negara-negara arab, hanya Mesir yang terlihat bertindak membantu Palestina?
Negara-negara Arab punya banyak masalah. Mereka juga tak merasa nyaman dengan hal ini. Tindakan apa yang harusnya dilakukan negara Arab? Apa yang Anda harapkan untuk mereka lakukan. Mesir yang akan menjadi mediator untuk gencatan senjata memang baik, tapi tak terlalu banyak membantu. Apa yang dilakukan orang Indonesia juga mereka lakukan. Mereka mengirimkan bantuan, mengadukan ke DK PBB dan juga berunjuk rasa, mereka melakukannya. Tapi satu hal yang paling penting harus dilakukan menanggulangi Israel adalah mendekati teman dekatnya. Tentu saja Amerika. Kalau negara Arab berkonflik, bagaimaan bisa berunding dengan Amerika?
Amerika membutuhkan minyak kami, gas kami dan juga pasar kami. Ini caranya politik kami berjalan, tapi jika Anda berpikir tentara negara Arab akan datang, itu bukan caranya. Sebab Israel punya perjanjian damai dengan Mesir, punya juga dengan Yordania. Syria juga tentu tak bisa melawan Israel, benar-benar tak sepadan. Hizbullah juga tak bisa kembali saat ini. Oleh karena itu secara praktis, kami tidak mampu mengandalkan kekuatan militer. Kami orang Palestina rela mati, kapan pun. Tapi kami tak dapat melawan Israel dengan posisi terjepit dan kekuatan militer Israel yang jauh di atas kami. Jadi jika orang-orang menyarankan kami melawan, kami benar-benar tak mengerti apa yang sedang mereka katakan. Menurut saya mereka-mereka itu emosional, benar-benar tak realistis.



* Suriah Kecam Eutelsat yang Memblokir TV Al-Aqsha Milik Hamas

Suriah Kecam Eutelsat yang Memblokir TV Al-Aqsha Milik Hamas(di sunting dari www.eramuslim.com)

Kamis, 17/06/2010 08:33 WIB | email | print | share
Puluhan orang berkumpul di depan Kedutaan Besar Prancis di Damaskus untuk memprotes satelit berbasis Prancis yang memblokir siaran TV Al-Aqsha mengudara.
Beberapa orang staf dari saluran TV Al-Aqsha juga ambil bagian dalam protes hari Rabu kemarin (16/6), mereka membawa spanduk mengecam tindakan Eutelsat dan menyatakan hal itu sebagai "memalukan" dan ilegal, Associated Press melaporkan.
Karyawan Kantor di saluran TV Palestina milik Hamas ini juga mengadakan aksi duduk-duduk untuk mengekspresikan kemarahan mereka atas keputusan memblokir siaran TV Al-Aqsga oleh operator satelit ketiga terbesar di dunia, Eutelsat.
Keputusan memblokir ini dibuat setelah TV al-Aqsha secara mendalam memaparkan tentang serangan tanggal 31 Mei terhadap konvoi armada kebebasan yang membawa bantuan kemanusiaan menuju Gaza, di mana pasukan Israel menewaskan 20 aktivis kemanusiaan di perairan internasional.
Saluran TV Al-Aqsha adalah milik gerakan Hamas yang disiarkan dari Jalur Gaza. Saluran TV ini telah berhasil siaran di bawah blokade Israel di wilayah miskin ini.
Hamas mengecam tindakan Eutelsat yang memblokir siaran TV mereka dan menyebut hal itu sebagai pelanggaran yang mencolok terhadap kebebasan berpendapat dan informasi.
Berbicara kepada AFP akibat larangan tersebut, Deputi Kepala saluran Muhammad Thuraya mengatakan, "Kami diberitahu bahwa alasan di balik keputusan untuk menghentikan penyiaran TV Al-Aqsha adalah karena TV kami dianggap 'menyulut kebencian," tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. "
"Ini adalah tindakan yang tidak adil dari adanya tekanan lobi Zionis di pemerintahan Amerika, yang pada gilirannya menekan Perancis dan Eutelsat." (fq/prtv)

kebiadaban Israel

Rafah Saksi Bisu Penderitaan Palestina

16/2/2010 | 01 Rabiul Awwal 1431 H | Hits: 444
Oleh: Tim dakwatuna.com
Kirim Print
dakwatuna.com – Gaza, Penderitaan rakyat Palestina makin hari makin parah. Ditutupnya perlintasan Rafah dan hanya dibuka beberapa kali saja, maka praktis Rafah masih terkunci, sejak 35 hari yang lalu.
Hukuman massal yang diterima rakyat Palestina, berupa blockade Zionis dan siasat isolasi yang terus menerus, secara komulatif telah menyentuh setiap sendi kehidupan rakyat Gaza. Sejak saat itu, ribuan orang berdesakan di dekat pintu Rafah. Mereka berharap dapat dibukakannya pintu gerbang oleh badan perlintasan dan perbatasan. Akhirnya pintu gerbang kembali dibuka setelah mendapat nota saling kesepahaman dengan pihak Mesir. Tapi itu hanya beberapa hari atau jam saja.
Sementara itu, berdasarkan laporan dari badan perlintasan dan perbatasan, Rabu (10/2) yang dilansir infopalestina menunjukan, selama tahun 2009 kemarin, penutupan pintu gerbang Rafah yang terus berlanjut telah menyebabkan ribuan rakyat Palestina terluka. Mereka hidup dalam kondisi kemanusiaan yang sangat menyedihkan. Kematian mengancam kondisi kesehatan mereka, terutama anak-anak, pasien sakit dan orang tua.
Warga Palestina yang ingin berangkat ke luar negeri harus menunggu berhari-hari di pintu perlintasan, menyebabkan banyak diantara mereka yang kehilangan mata pencahariaanya di luar negeri, akibat lama tak diizinkan keluar dari Gaza.
Pasien dan Mahasiswa Paling Banyak Dirugikan
Ratusan pasien yang mengidap kanker, jantung ataupun hati harus berdesakan antri menunggu diizinkan keluar Gaza untuk dapat berobat di luar. Departemen kesehatan Palestina mencatat, selama tahun 2009 terdapat 1899 pasien kanker. Sebanyak 1050 diantaranya terkena tumor dan 849 pasien lainya terkena kanker darah. Jumlah wanita yang terkena kanker ini sebanyak 770 dan anak-anak sebanyak 223 orang.
Sementara itu ratusan mahasiswa yang pulang ke keluarganya saat liburan, tak dapat kembali ke kampusnya masing-masing di luar Gaza. Berdasarkan data yang tercatat, jumlah mereka mencapai 600 mahasiswa.
Di sisi lain, badan perlintasan dan perbatasan mengatakan, masa tenggang dibukanya perlintasan yang begitu panjang mengakibatkan penderitaan rakyat bertambah. Kondisi ini memperparah sakit mereka. Padahal mereka sangat butuh untuk keluar. Padahal menurut undang-undang tidak boleh membiarkan kondisi masyarakat yang butuh keluar dengan alasan kemanusiaan.
Sejumlah pembicaraan telah dilakukan dengan para pejabat Mesir, demi untuk membukakan pintu keluar bagi rakyat Gaza di tengah kondisi kemanusiaan yang sangat mengkhawatirkan. Ditambah sejumlah mahasiswa akhirnya tidak dapat melanjutkan kuliahnya di universitas tempat mereka belajar.
Badan ini menegaskan tentang pentingnya pembukaaan Rafah secepat mungkin, mengingat ada sejumlah pasien yang harus segera ditangani atau harus segera dioperasi. Pembicaraan dengan sejumlah pejabat Mesir tidak pernah berhenti. Para pejabat terkait diharapkan melakukan kebijakan membuka kembali perlintasan agar rakyat dapat berobat atau melanjutkan kuliahnya di luar Gaza. (asy/ip/ut)